Kadang aku berpikir bahwa keluarga adalah sesuatu yang akan selalu
ada di saat yang lain tidak lagi ada. Seperti sebuah fall-back plan,
atau sebuah jaring pengaman yang terbentang di bawah ketika kita sedang
melompat dari ketinggian. Ia akan ada, selalu menjadi jaminan tanpa
perlu dipikirkan lagi, tanpa perlu diadakan lagi.
Saya juga sering menganggap keluarga sebagai sesuatu yang “selalu”.
Selalu ada, selalu hangat, selalu penuh tawa, selalu nyaman. Keluarga
adalah sebuah ranah bebas politik – tanpa tedeng aling-aling, tanpa
strategi, tanpa perjuangan. Keluarga akan selalu “selalu”.
Tapi ternyata, keluarga tidaklah se”selalu” itu.
Seperti teman, seperti pekerjaan, seperti memasak dan menanam pohon,
keluarga juga perlu energi. Perlu untuk terus diberi energi agar ia
tetap berjalan, tetap memberi kenyamanan, tetap terasa lezat dan nyaman.
Ia bisa layu, bisa jadi gosong, bisa juga pergi jika kita tidak
berhati-hati. Ternyata, it takes heart.
Tapi, seperti teman, seperti pekerjaan, seperti memasak dan menanam
pohon, setelah dilakukan, menjaga keluarga tidak terlalu sulit. Memang
perlu waktu dan komunikasi. Keluarga juga perlu rindu, perlu jarak,
perlu ruang. Tapi beri juga ia perhatian, kedekatan, memori, dan tentu
saja, cinta. Tidak sesulit itu, kok. Ya, kan?
0 komentar:
Posting Komentar